MAKALAH
TEORI BEHAVIORISME
Disusun
Oleh:
1.
FITRI NUR CHOLISSA WATI
2.
RAHMA
3.
LUFITA
4.
PURYANTO
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
SEMESTER II
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
STKIP PGRI NGAWI
Jl.Raya Klitik Km.05 Ngawi
Telp : (0351)749295
Tahun Akademik 2015/2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan seseorang
untuk melakukan aktifitas belajar . Menurut piaget
belajar adalah aktifitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya . Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon . Seseorang yang telah
selesai melakukan proses belajar akan menunjukan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon.
Jika dilihat dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda
dengan teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari –
hari dikelas. Teori behavioristik mengartikan bahwa belajar adalah mengubah
tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa , dari tidak mengerti menjadi
mengerti , dan tugas guru adalah mengontrol stimulasi dan lingkungan belajar
agar perubahan mendekati tujuan yang
diinginkan, dan guru memberikan hadiah kepada siswa yang telah mampu
memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada siswa yang
tidak mampu memperlihatan perubahan makna.
Oleh karenanya , dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran kelompok kami menyusun makalah teori belajar menurut
teori behaviorisme yang juga dilatar belakangi oleh rasa ingin tahu kami yang
ingin mengetahui lebih lanjut lagi tentang teori behaviorisme dan diharapkan
tidak lagi muncul asumsi yang keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut ,
sehingga pembaca memang benar-benar mengerti apa dan bagaimana pendekatan
behaviorisme.
1.1
Rumusan Masalah
Adapun
masalah-masalah yang dapat dirumuskan dari pemaparan diatas yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan teori behaviorisme ?
2. Apa saja teori yang termasuk dalam pandangan behaviorisme ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori behaviorisme ?
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari rumusan masalah yang telah dibuat adalah :
1. Mengetahui pengertian teori behaviorisme
2. Mengetahui teori-teori yang termasuk ke dalam pandangan
behaviorisme
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori
behaviorisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Teori Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian –
kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman
belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena
adanya stimulasi dan respons yang dapat diamati. Seseorang dianggap telah
belajar apabila mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Menurut teori
behaviorisme ini lingkungan sangat penting agar dapat diperoleh perubahan
tingkah laku yang diharapkan.Dengan kata lain teori ini lebih menekankan pada
hasil proses belajar mengajar. Behaviorisme menekankan pada tingkah laku yang
objektif, empiris(nyata),konkret dan dapat diamati.
Dalam menerapkan teori behaviorisme ini yang terpenting adalah para guru
, perancang pembelajaran, dan pengembang progam-progam pembelajaran harus
memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar agar
tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat
diketahui. Selain itu,dalam aplikasinya tergantung pada sifat materi pelajaran,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Tuntunan dari teori ini adalah
pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik supaya
mudah dicapai dan diukur.
Dalam pendekatan ini, pembelajaran yang dilakukan juga mengandaikan
penguatan ketrampilan.Setiap materi yang dibahas selalu disusul dengan latihan
dalam rangka menciptakan ketrampilan tertentu terhadap peserta didik.Dalam
konteks ini, peserta didik agar bias mencapai sesuatu yang sudah disiapkan dalam
tujuan belajar kemudian harus diberi rangsangan,dorongan,dan motivasi supaya
bias mencapai sesuatu hal yang ingin dicapainya.Dengan demikian behaviorisme
lebih menekan kepada ketrampilan sebagai suatu tujuan pengajaran.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme sebagai berikut :
1. Reinforcement
and punishment (Penghargaan atau hukuman)
Penghargaan yang diberikan kepada peserta didik dengan
tujuan memotivasi jika apa yang dilakukannya adalah hal yang positif.Dengan
kata lain sebuah stimulus adalah sebuah penghargaan untuk memperkuat perilaku
apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.Apabila stimulus tidak
menimbulkan respon belum bias disebut penghargaan.Sementara punishment
merupakan respons untuk memperlemah keadaan dan ini disebut hukuman.Stimulus
sendiri adalah segala hal yang diberikan oleh guru
kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
2. Primary
and secondary reinforcement
Sementara yang disebut reinforcement pertama dan kedua
adalah proses pembelajaran diberikan penguatan diawal supaya apakah ada
perkembangan dan kemajuan dalam proses belajar ataukah tidak.Penguatan pertama
berhubungan erat dengan kemampuan mengupayakan agar proses belajar menjadi
efektif dan efesien. Dan penguatan yang kedua untuk memberikan pengaruh yang
lebih berbeda dalam proses belajar.
3. Schedules
of reinforcement
Jadwal dalam memberikan pengetahuan tentu harus
dikontekstualitaskan(di komposisikan) dengan proses belajar dalam kelas kapan
seharusnya diperlukan adanya penguatan.
4. Contingency
management
Pengelolaan yang serba kemungkinan bermakna bahwa
dalam belajar tentunya diperlukan berbagai cara bagaimana proses belajar terus
diinisiasi agar tujuanannya dapat tercapai sesuai rencana.
5. Stimulus
control in operant learning
Pengendalian dan pengawasan stimulus dalam pelaksanaan
belajar berkendalian erat dengan bagaimana hal tersebut berpengaruh sangat
pasif dalam proses belajar.
6. The
elimination of responses
Menghapus respon dalam konteks ini dimaknai sebagai
sebuah bagian dari upaya proses belajar yang lebih didasarkan atas keinginan
sendiri walaupun sesungguhnya dibalik itu ada sebuah rekayasa pembelajaran yang
dilakukan oleh pengajar lewat kurikulum yang dibuatnya.
27 Paul Suparno. Filsafat
konstruktivisme dalam pendidikan. (Yogyakarta: Kanisius,Tanpa Tahun).Hlm.
56-58.
Atas dasar itu, Edward Chace Tolman (1886-1959) mencoba mengembangkan dan
melanjutkan pembahasan mengenai behaviorisme menjadi behaviorisme
purposive.Sebelum membahas hal tersebut lebih mendalam,maka da baiknya sebagai
pengantar untuk mengenalkan karakteristik behaviorisme purposive yang disebut
perilaku molar.Dalam perilaku moral yang disampaikan Tolman,dia memberikan
contoh sebagai berikut:
Seekor tikus berlari dijalur teka teki;seekor
kucing keluar dari kotak teka teki;seseorang lelaki berkendara pulang kerumah
untuk makan malam;seorang anak bersembunyi dari orang asing;seorang anak wanita
mencuri piring atau menggosip di telepon;seorang murid mengerjakan
ujian;seorang psikolog membacakan draf kata tak bermakna;saya dan teman saya
saling berbagi pikiran dan perasaan ini semua adalah perlaku.Dan,harus dicatat
bahwa dalam menyebutkan itu semua kita tidak menunjukan dimana letak otot dan
kelenjar,saraf indrawi,dasar saraf motor yang dibutuhkan untuk melakukan
itu.Respons-respons perilaku itu memiliki proprti identitas sendiri yang sudah
memadai.²3
Tolman mengemukakan sesungguhnya bahwa setiap
apa yang dilakukan oleh binatang atau pun manusia berada dalam satu tujuan.
Mereka tidak bias keluar dari jalur yang sudah ditempuhnya.Mereka selanjutnya
harus terus menerus mengikuti jalur yang sudah ditempuh dan menjadi pilihannya
tanpa kemudian bias melepaskan diri dari jalan tersebut.Dalam pendekatan
behaviorisme purposive,sebuah tujuan dalam belajar pun juga memiliki tujuan
walaupun terkadang itu tidak mesti harus dijelaskan secara verbal atau
tertulis.Belajar menjadi sebuah harapan untuk bias membangun sebuah harapan
yang lebih baik dan benar menurut apa yang sudah menjadi pilihannya sehingga
ini tidak bias dibantah sama sekali.
Dari
penjelasan Tolman tersebut,maka ada beberapa poin penting yang dapat
dirumuskan:
1.
Belajar sesungguhnya merupakan proses menemukan hal-hal tertentu dalam
lingkungan;
2.
Belajar dengan berlandaskan kepada eksplorasi akan menciptakan
temuan-temuan baru yang tentu akan lebih berbeda dengan temuan-temuan sebelumnya;
3.
Belajar adalah sebuah organism dimana jika ia berbelok ke kiri, maka ia
akan menemukan sesuatu dan jika ia berbelok ke kanan, maka dia akan menemukan
sesuatu;
4.
Perkembangan selanjutnya dari organism adalah terciptanya peta kognitif
dimana ia berfungsi sebagai alat untuk melakukan pemetaan belajar agar menjadi
berwarna atau beragam. Dalam pendekatan belajar ini,belajar kemudian lebih
progresif.
Adapun
rumusan yang terkait dengan organisme adalah:
1.
Organisme sesungguhnya menjadi bagian dari sebuah proses belajar yang
mencoba menemukan berbagai cara dalam memecahkan persoalan dan itu dipandang
sebagai sesuatu yang given atau
bawaan;
2.
Hipotesis dari kerja organism bermuara pada sebuah pencapaian tujuan;
3.
Organisme selanjutnya melahirkan peta kognitif yang menjadi langkah dalam
memetakan pola pembelajaran yang sudah given.
Dengan demikian,pendidikan
behaviorisme adalah melakukan pembentukan kebiasaan kepada peserta didik sesuai
dengan tujuan sebuah pembelajaran.
Secara aksiologis ada beberapa poin mendasar dari praksis pendidikan
behaviorisme yang dipecah per unit.
1.
Belajar adalah untuk tidak menjadi dirinya sendiri namun menjadi apa yang
diinginkan oleh pengajar;
2.
Keinginan belajar bukan lahir dari kesadaran diri;
3.
Kegiatan belajar yang muncul dalam kelas merupakan sebuah hasil rekayasa
pengajar;
4.
Kegiatan belajar dirancang dan dijalankan atas sebuah scenario besar
untuk mencapai tujuan dari luar kelas,bukan di dalam kelas.
Belajar
dalam konteks ini lebih berpihak kepada kepentingan di luar pembelajaran
sendiri sebagai subyek yang seharusnya harus belajar menjadi diri
sendiri.Belajar dalam logika yang sangat sempit tersebut melahirkan tujuan
belajar mengajar yang tidak memberikan harapan bagi pembelajar untuk menjadi
dirinya sendiri yang sejati dan berdaulat.Belajar bukan untuk membangun sebuah
pembangunan diri subyek yang produktif atas dirinya sendiri.Belajar dengan
pendekatan behaviorisme hanya berhasil meletakkan dasar-dasar kejatidirian
subyek pembelajar yang kuat secara kognitif.Mereka berada dalam dunianya yang
serba tidak visioner(tidak bertujuan).
Belajar
dengan menggunakan arus behaviorisme adalah sebuah proses bellajar yang
hanyalah melatih pembelajar seolah sudah terbiasa dan memebiasakan diri menjadi
orang-orang yamg terbentuk karena pembiasaan yang dikemas secara
berulang-ulang. Belajar mengartikan diri sebagai gerakan membangun kemampuan
kognitif subyek pembelajar yang kuat secara logika dan menegasikan hal-hal lain
dalam dirinya sebagai subyek yang hidup dan melakukan aktualisasi dari sebagai
manusia berdinamika.Belajar bukan menempatkan subyek pembelajar sebagai
kelompok manusia yang secara terus menerus berproses menuju penemuan identitas
diri.
Dalam
pembelajaran berpogram,materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit-unit kecil
yang mudah dipelajari peserta didik , bila setiap unit selesai peserta didik
akan mendapatkan umpan balik secara langsung. Sedangkan dalam mastery learing, materi dipecah per unit
peserta didik tidak dapat pindah ke unit berikutnya bila belum menguasai unit
yang sebelumnya.Prinsip-prinsip
behaviorisme ini hingga sekarang masih banyak dipakai dalam
mengembangkan progam pembelajaran berbantuan Computer atau computer Assistted Intruction (CAI), progam multimedia
interaktif dan sebagainya.
Adapun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori
behaviorisme :
1.
Menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan
2.
Menganalisis lingkungan kelas yang saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal (entry behavior) peserta didik;
3.
Menentukan materi pembelajaran;
4.
Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil,meliputi pokok bahasan,subpokok
bahasan dan topic lainnya;
5.
Menyajikan materi pelajaran
6.
Memberikan stimulus,dapat berupa:pertanyaan baik lisan maupun
tertulis,tes/kuis,latihan atau tugas-tugas.
7.
Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik
8.
Memberikan penguatan (reinforcement) yang berupa penguatan positif
ataupun penguatan negative atau hukuman.
9.
Memberikan stimulasi baru
10. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan
peserta didik
11. Memberikan penguatan
lanjutan atau hukuman
(Suciati & Irawan, 2001: 31-32).
Faktor lain yang juga penting dalam teori belajar pengkondisian
klasik Pavlov adalah generalisasi,deskriminasi,dan pelemahan
ü Generalisasi.
Contoh,
seorang peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek
pada mata pelajaran matematika. Ketika mempersiapkan ujian Fisika, peserta
didik tersebut
akan merasakan gugup karena kedua pelajaran sama-sama berupa hitungan. Jadi
kegugupan peserta didik tersebut hasil generalisasi dari melakukan ujian mata
pelajaran satu kepada mata pelajaran lain yang mirip.
ü Deskriminasi.
Organisme merespon stimulus tertentu,
tetapi tidak terhadap yang lainnya. Contoh, dalam mengalami ujian dikelas yang
berbeda, pesrta didik tidak merasa sama gelisahnya ketika menghadapi ujian
bahasa Indonesia dan sejarah karena keduanya merupakan subjek yang berbeda.
ü Pelemahan (extincition).
proses melemahnya stimulus yang terkondisi dengan cara
menghilangkan stimulus tak terkondisi. Contoh, kritikan guru yang terus menerus
pada hasil ujian yang jelek, membuat peserta didik tidak termotivasi belajar.
Padahal, sebelumnya peserta didik pernah mendapat nilai ujian yang bagus dan
sangat termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan, teori kondisioning klasik digunakan
untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap peserta didik untuk
termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta
didik.
Dari percobaan ini
Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut
:
a) Hukum Kesiapan (law of readiness),
yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b)
Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering
tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin
kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan
perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan,
tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau
dihentikan. Sehingga prinsip dari hokum ini menunjukkan bahwa prinsip utama
dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan
semakin dikuasai.
c)
Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan
stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat
atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang
disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan
diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
program-program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
a) Penguatan (Reinforcement)
Menurut Skinner,
untuk memperkuat perilaku atau menegaskan perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement).
Ada juga jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
b) Penguatan positif (positive reninforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan
meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi,
perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh stimulus
menyenangkan. Contoh, peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat
rangking satu akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin
diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi rangking satu
dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian sepeda.
c) Penguatan negatif (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan
meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang
ingin dihilangkan.. Contoh, peserta didik sering bertanya dan guru menghilangkan/tidak
mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan dihati guru sehingga peserta
didik akan sering bertanya. Jadi, perilaku yang ingin diulangi atau
ditingkatkan adalah sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang
ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu dan
akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang tidak
berbobot/melenceng.
d) Hukuman
Hukuman (punishmen) yaitu suatu
konsekuensi yang menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku.. Contoh, peserta
didik yang berperilaku mencontek akan diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak
diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak menyenangkan/hukuman).
2.3
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Behavioristik
1.
Kelebihan Teori Behavioristik
Kelebihan teori
behaviorisme adalah sebagai berikut:
a) Teori ini cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
b) Membiasakan guru
untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar
2.
Kelemahan Teori Behavioristik
Kelemahan teori
behaviorisme adalah sebagai berikut:
a) Pembelajaran
siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat
mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
b) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru
dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun fisik seperti
kata-kata
kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
c) Behaviorisme
tidak dapat diterapkan pada setiap pembelajaran,dan dianggap tidak menghargai
aktivitas berpikir.
d) Tidak
dapat menjelaskan beberapa pembelajaran yang kompleks,bila tanpa mekanisme
penguatan peserta didik tidak dapat mengenali pola bahasa yang baru
e) Tujuan
pembelajaran dinyatakan terlalu spesifik (ketat)
f) Keyakinan
yang terlalu tinggi pada peserta didik akan berperilaku dengan benar,selama
prosedur yang diberikan sudah benar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa teori
belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, serta
memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan, pengalaman dan latihan yang akan membentuk prilaku mereka.
Teori
belajar dalam pandangan behaviorisme ada tiga yaitu : teori pengkondisian klasikal dari Pavlov, teori connetionisme Thorndike,
teori operant conditioning dari B.F.Sk
Oleh sebab itu, belajar
dalam pendekatan behaviorisme lebih diposisikan pada gerakan pembangunan
kecerdasan otak.Pendidikan sebahgai alat pengembangan kecerdasan anak didik
hanya selesai dan diselesaikan dalam kerangka tujuan yang sudah di
mapankan.Adalah berbeda ketika pendidikan ditunjukan untuk membangun kecerdasan
anak didik di luar batas atau dalam batas yang di bataskan. Pencerdasan diluar
batas bermakna bahwa tujuan pendidikan sejatinya adalah membangun kemerdekaan
anak didik dalam berpikir,mengembangkan ketajaman berpikir,dan meluaskan
pandangan anak didik agar mereka semakin merdeka dalam berpikir.Sementara
pencerdasan dalam batas berarti bahwa pendidikan yang mencerdaskan hanya
berhenti ketika anak didik sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ditentukan dalam kurikulum dan silabus yang sudah ada dan tidak boleh melebihi
batas yang ditunjukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bell,
Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Davies,
Ivon K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Gredler,
Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Yamin,Moh.2013.Teori dan metode pembelajaran.Malang:Madani.
Bambang,Warsita.2008.Teknologi pembelajaran .PT Asdi
Mahasatya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1. Berikan komentar di sini
2. Tetapi Komentar tentang Postingan kami, Bukan Iklan.
3. Jika terdapat iklan terpaksa kami hapus