menu1

Selasa, 05 Juli 2016

TEORI BEHAVIORISME



MAKALAH
TEORI BEHAVIORISME


                                                               Disusun Oleh:
                                           1. FITRI NUR CHOLISSA WATI
                                           2. RAHMA
                                           3. LUFITA
                                           4. PURYANTO



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
SEMESTER II
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



STKIP PGRI NGAWI
Jl.Raya Klitik Km.05 Ngawi
Telp : (0351)749295
Tahun Akademik 2015/2016




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk melakukan aktifitas belajar . Menurut piaget belajar adalah aktifitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya . Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon . Seseorang yang telah selesai melakukan proses belajar akan menunjukan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa  respon.
Jika dilihat dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari – hari dikelas. Teori behavioristik mengartikan bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa , dari tidak mengerti menjadi mengerti , dan tugas guru adalah mengontrol stimulasi dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan  yang diinginkan, dan guru memberikan hadiah kepada siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada siswa yang tidak mampu memperlihatan perubahan makna.

Oleh karenanya , dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran kelompok kami menyusun makalah teori belajar menurut teori behaviorisme yang juga dilatar belakangi oleh rasa ingin tahu kami yang ingin mengetahui lebih lanjut lagi tentang teori behaviorisme dan diharapkan tidak lagi muncul asumsi yang keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut , sehingga pembaca memang benar-benar mengerti apa dan bagaimana pendekatan behaviorisme.


1.1 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang dapat dirumuskan dari pemaparan diatas yaitu :   
1.      Apakah yang dimaksud dengan teori behaviorisme ?
2.      Apa saja teori yang termasuk  dalam pandangan behaviorisme ?
3.      Apa kelebihan dan kekurangan dari teori behaviorisme ?

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalah yang telah dibuat adalah :
1.      Mengetahui pengertian teori behaviorisme
2.      Mengetahui teori-teori yang termasuk ke dalam pandangan behaviorisme
3.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori behaviorisme



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian – kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya stimulasi dan respons yang dapat diamati. Seseorang dianggap telah belajar apabila mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Menurut teori behaviorisme ini lingkungan sangat penting agar dapat diperoleh perubahan tingkah laku yang diharapkan.Dengan kata lain teori ini lebih menekankan pada hasil proses belajar mengajar. Behaviorisme menekankan pada tingkah laku yang objektif, empiris(nyata),konkret dan dapat diamati.
Dalam menerapkan teori behaviorisme ini yang terpenting adalah para guru , perancang pembelajaran, dan pengembang progam-progam pembelajaran harus memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Selain itu,dalam aplikasinya tergantung pada sifat materi pelajaran, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Tuntunan dari teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur.
Dalam pendekatan ini, pembelajaran yang dilakukan juga mengandaikan penguatan ketrampilan.Setiap materi yang dibahas selalu disusul dengan latihan dalam rangka menciptakan ketrampilan tertentu terhadap peserta didik.Dalam konteks ini, peserta didik agar bias mencapai sesuatu yang sudah disiapkan dalam tujuan belajar kemudian harus diberi rangsangan,dorongan,dan motivasi supaya bias mencapai sesuatu hal yang ingin dicapainya.Dengan demikian behaviorisme lebih menekan kepada ketrampilan sebagai suatu tujuan pengajaran.



Prinsip-prinsip teori behaviorisme sebagai berikut :

1.      Reinforcement and punishment (Penghargaan atau hukuman)
Penghargaan yang diberikan kepada peserta didik dengan tujuan memotivasi jika apa yang dilakukannya adalah hal yang positif.Dengan kata lain sebuah stimulus adalah sebuah penghargaan untuk memperkuat perilaku apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.Apabila stimulus tidak menimbulkan respon belum bias disebut penghargaan.Sementara punishment merupakan respons untuk memperlemah keadaan dan ini disebut hukuman.Stimulus sendiri adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
2.      Primary and secondary reinforcement
Sementara yang disebut reinforcement pertama dan kedua adalah proses pembelajaran diberikan penguatan diawal supaya apakah ada perkembangan dan kemajuan dalam proses belajar ataukah tidak.Penguatan pertama berhubungan erat dengan kemampuan mengupayakan agar proses belajar menjadi efektif dan efesien. Dan penguatan yang kedua untuk memberikan pengaruh yang lebih berbeda dalam proses belajar.
3.      Schedules of reinforcement
Jadwal dalam memberikan pengetahuan tentu harus dikontekstualitaskan(di komposisikan) dengan proses belajar dalam kelas kapan seharusnya diperlukan adanya penguatan.
4.      Contingency management
Pengelolaan yang serba kemungkinan bermakna bahwa dalam belajar tentunya diperlukan berbagai cara bagaimana proses belajar terus diinisiasi agar tujuanannya dapat tercapai sesuai rencana.
5.      Stimulus control in operant learning
Pengendalian dan pengawasan stimulus dalam pelaksanaan belajar berkendalian erat dengan bagaimana hal tersebut berpengaruh sangat pasif dalam proses belajar.

6.      The elimination of responses
Menghapus respon dalam konteks ini dimaknai sebagai sebuah bagian dari upaya proses belajar yang lebih didasarkan atas keinginan sendiri walaupun sesungguhnya dibalik itu ada sebuah rekayasa pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar lewat kurikulum yang dibuatnya.


 
27 Paul Suparno. Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. (Yogyakarta: Kanisius,Tanpa Tahun).Hlm. 56-58.
               

Atas dasar itu, Edward Chace Tolman (1886-1959) mencoba mengembangkan dan melanjutkan pembahasan mengenai behaviorisme menjadi behaviorisme purposive.Sebelum membahas hal tersebut lebih mendalam,maka da baiknya sebagai pengantar untuk mengenalkan karakteristik behaviorisme purposive yang disebut perilaku molar.Dalam perilaku moral yang disampaikan Tolman,dia memberikan contoh sebagai berikut:
Seekor tikus berlari dijalur teka teki;seekor kucing keluar dari kotak teka teki;seseorang lelaki berkendara pulang kerumah untuk makan malam;seorang anak bersembunyi dari orang asing;seorang anak wanita mencuri piring atau menggosip di telepon;seorang murid mengerjakan ujian;seorang psikolog membacakan draf kata tak bermakna;saya dan teman saya saling berbagi pikiran dan perasaan ini semua adalah perlaku.Dan,harus dicatat bahwa dalam menyebutkan itu semua kita tidak menunjukan dimana letak otot dan kelenjar,saraf indrawi,dasar saraf motor yang dibutuhkan untuk melakukan itu.Respons-respons perilaku itu memiliki proprti identitas sendiri yang sudah memadai.²3
Tolman mengemukakan sesungguhnya bahwa setiap apa yang dilakukan oleh binatang atau pun manusia berada dalam satu tujuan. Mereka tidak bias keluar dari jalur yang sudah ditempuhnya.Mereka selanjutnya harus terus menerus mengikuti jalur yang sudah ditempuh dan menjadi pilihannya tanpa kemudian bias melepaskan diri dari jalan tersebut.Dalam pendekatan behaviorisme purposive,sebuah tujuan dalam belajar pun juga memiliki tujuan walaupun terkadang itu tidak mesti harus dijelaskan secara verbal atau tertulis.Belajar menjadi sebuah harapan untuk bias membangun sebuah harapan yang lebih baik dan benar menurut apa yang sudah menjadi pilihannya sehingga ini tidak bias dibantah sama sekali.

Dari penjelasan Tolman tersebut,maka ada beberapa poin penting yang dapat dirumuskan:
1.      Belajar sesungguhnya merupakan proses menemukan hal-hal tertentu dalam lingkungan;
2.      Belajar dengan berlandaskan kepada eksplorasi akan menciptakan temuan-temuan baru yang tentu akan lebih berbeda dengan temuan-temuan sebelumnya;
3.      Belajar adalah sebuah organism dimana jika ia berbelok ke kiri, maka ia akan menemukan sesuatu dan jika ia berbelok ke kanan, maka dia akan menemukan sesuatu;
4.      Perkembangan selanjutnya dari organism adalah terciptanya peta kognitif dimana ia berfungsi sebagai alat untuk melakukan pemetaan belajar agar menjadi berwarna atau beragam. Dalam pendekatan belajar ini,belajar kemudian lebih progresif.

Adapun rumusan yang terkait dengan organisme adalah:
1.      Organisme sesungguhnya menjadi bagian dari sebuah proses belajar yang mencoba menemukan berbagai cara dalam memecahkan persoalan dan itu dipandang sebagai sesuatu yang given atau bawaan;
2.      Hipotesis dari kerja organism bermuara pada sebuah pencapaian tujuan;
3.      Organisme selanjutnya melahirkan peta kognitif yang menjadi langkah dalam memetakan pola pembelajaran yang sudah given.
Dengan demikian,pendidikan behaviorisme adalah melakukan pembentukan kebiasaan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan sebuah pembelajaran.


Secara aksiologis ada beberapa poin mendasar dari praksis pendidikan behaviorisme yang  dipecah per unit.
1.      Belajar adalah untuk tidak menjadi dirinya sendiri namun menjadi apa yang diinginkan oleh pengajar;
2.      Keinginan belajar bukan lahir dari kesadaran diri;
3.      Kegiatan belajar yang muncul dalam kelas merupakan sebuah hasil rekayasa pengajar;
4.      Kegiatan belajar dirancang dan dijalankan atas sebuah scenario besar untuk mencapai tujuan dari luar kelas,bukan di dalam kelas.
Belajar dalam konteks ini lebih berpihak kepada kepentingan di luar pembelajaran sendiri sebagai subyek yang seharusnya harus belajar menjadi diri sendiri.Belajar dalam logika yang sangat sempit tersebut melahirkan tujuan belajar mengajar yang tidak memberikan harapan bagi pembelajar untuk menjadi dirinya sendiri yang sejati dan berdaulat.Belajar bukan untuk membangun sebuah pembangunan diri subyek yang produktif atas dirinya sendiri.Belajar dengan pendekatan behaviorisme hanya berhasil meletakkan dasar-dasar kejatidirian subyek pembelajar yang kuat secara kognitif.Mereka berada dalam dunianya yang serba tidak visioner(tidak bertujuan).
Belajar dengan menggunakan arus behaviorisme adalah sebuah proses bellajar yang hanyalah melatih pembelajar seolah sudah terbiasa dan memebiasakan diri menjadi orang-orang yamg terbentuk karena pembiasaan yang dikemas secara berulang-ulang. Belajar mengartikan diri sebagai gerakan membangun kemampuan kognitif subyek pembelajar yang kuat secara logika dan menegasikan hal-hal lain dalam dirinya sebagai subyek yang hidup dan melakukan aktualisasi dari sebagai manusia berdinamika.Belajar bukan menempatkan subyek pembelajar sebagai kelompok manusia yang secara terus menerus berproses menuju penemuan identitas diri.
Dalam pembelajaran berpogram,materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit-unit kecil yang mudah dipelajari peserta didik , bila setiap unit selesai peserta didik akan mendapatkan umpan balik secara langsung. Sedangkan dalam mastery learing, materi dipecah per unit peserta didik tidak dapat pindah ke unit berikutnya bila belum menguasai unit yang sebelumnya.Prinsip-prinsip  behaviorisme ini hingga sekarang masih banyak dipakai dalam mengembangkan progam pembelajaran berbantuan Computer atau computer Assistted Intruction (CAI), progam multimedia interaktif dan sebagainya.
            Adapun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori behaviorisme :
1.      Menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan
2.      Menganalisis lingkungan kelas yang saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) peserta didik;
3.      Menentukan materi pembelajaran;
4.      Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil,meliputi pokok bahasan,subpokok bahasan dan topic lainnya;
5.      Menyajikan materi pelajaran
6.      Memberikan stimulus,dapat berupa:pertanyaan baik lisan maupun tertulis,tes/kuis,latihan atau tugas-tugas.
7.      Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik
8.      Memberikan penguatan (reinforcement) yang berupa penguatan positif ataupun penguatan negative atau hukuman.
9.      Memberikan stimulasi baru
10. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik
11. Memberikan penguatan  lanjutan atau hukuman
(Suciati & Irawan, 2001: 31-32).


Faktor lain yang juga penting dalam teori belajar pengkondisian klasik Pavlov adalah generalisasi,deskriminasi,dan pelemahan
ü  Generalisasi.
Contoh, seorang peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek pada mata pelajaran matematika. Ketika mempersiapkan ujian Fisika, peserta didik tersebut akan merasakan gugup karena kedua pelajaran sama-sama berupa hitungan. Jadi kegugupan peserta didik tersebut hasil generalisasi dari melakukan ujian mata pelajaran satu kepada mata pelajaran lain yang mirip.

ü  Deskriminasi.

Organisme merespon stimulus tertentu, tetapi tidak terhadap yang lainnya. Contoh, dalam mengalami ujian dikelas yang berbeda, pesrta didik tidak merasa sama gelisahnya ketika menghadapi ujian bahasa Indonesia dan sejarah karena keduanya merupakan subjek yang berbeda.

ü  Pelemahan (extincition).
proses melemahnya stimulus yang terkondisi dengan cara menghilangkan stimulus tak terkondisi. Contoh, kritikan guru yang terus menerus pada hasil ujian yang jelek, membuat peserta didik tidak termotivasi belajar. Padahal, sebelumnya peserta didik pernah mendapat nilai ujian yang bagus dan sangat termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan, teori kondisioning klasik digunakan untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap peserta didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta didik.

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
a) Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

b)   Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Sehingga prinsip dari hokum ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.

c)   Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. 

program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
a)   Penguatan (Reinforcement)
Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negative.

b)   Penguatan positif (positive reninforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh stimulus menyenangkan. Contoh, peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat rangking satu akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi rangking satu dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian sepeda.

c)   Penguatan negatif (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan.. Contoh, peserta didik sering bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan sering bertanya. Jadi, perilaku yang ingin diulangi atau ditingkatkan adalah sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang tidak berbobot/melenceng.

d)  Hukuman
Hukuman (punishmen) yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku.. Contoh, peserta didik yang berperilaku mencontek akan diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak menyenangkan/hukuman).

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
1.   Kelebihan Teori Behavioristik
      Kelebihan teori behaviorisme adalah sebagai berikut:
a)   Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

b)   Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar

              2.   Kelemahan Teori Behavioristik
      Kelemahan teori behaviorisme adalah sebagai berikut:
a)     Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
b)     Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang   didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata-kata kasar, ejekan,  jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
c)     Behaviorisme tidak dapat diterapkan pada setiap pembelajaran,dan dianggap tidak menghargai aktivitas berpikir.
d)     Tidak dapat menjelaskan beberapa pembelajaran yang kompleks,bila tanpa mekanisme penguatan peserta didik tidak dapat mengenali pola bahasa yang baru
e)     Tujuan pembelajaran dinyatakan terlalu spesifik (ketat)
f)      Keyakinan yang terlalu tinggi pada peserta didik akan berperilaku dengan benar,selama prosedur yang diberikan sudah benar. 


 BAB III 
PENUTUP

      3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan  bahwa teori belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, serta memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman dan latihan yang akan membentuk prilaku mereka.
Teori belajar dalam pandangan behaviorisme ada tiga yaitu : teori pengkondisian klasikal dari Pavlov, teori connetionisme Thorndike, teori operant conditioning dari B.F.Sk
Oleh sebab itu, belajar dalam pendekatan behaviorisme lebih diposisikan pada gerakan pembangunan kecerdasan otak.Pendidikan sebahgai alat pengembangan kecerdasan anak didik hanya selesai dan diselesaikan dalam kerangka tujuan yang sudah di mapankan.Adalah berbeda ketika pendidikan ditunjukan untuk membangun kecerdasan anak didik di luar batas atau dalam batas yang di bataskan. Pencerdasan diluar batas bermakna bahwa tujuan pendidikan sejatinya adalah membangun kemerdekaan anak didik dalam berpikir,mengembangkan ketajaman berpikir,dan meluaskan pandangan anak didik agar mereka semakin merdeka dalam berpikir.Sementara pencerdasan dalam batas berarti bahwa pendidikan yang mencerdaskan hanya berhenti ketika anak didik sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditentukan dalam kurikulum dan silabus yang sudah ada dan tidak boleh melebihi batas yang ditunjukan.




DAFTAR PUSTAKA
Bell, Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Davies, Ivon K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Yamin,Moh.2013.Teori dan metode  pembelajaran.Malang:Madani.

Bambang,Warsita.2008.Teknologi pembelajaran .PT Asdi Mahasatya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1. Berikan komentar di sini
2. Tetapi Komentar tentang Postingan kami, Bukan Iklan.
3. Jika terdapat iklan terpaksa kami hapus

.