menu1

Kamis, 28 Juli 2016

KI SONGGOLANGIT dan WATU GILANG



KI SONGGOLANGIT dan WATU GILANG

P
loso Kerep adalah sebuah tempat yang di keramatkan oleh warga desa Purwosari Kecamatan Kwadungan. Tempat tersebut terletak persis di tengah tengah desa Purwosari yang dulunya merupakan sebuah desa terpencil, penduduknya masih dapat dihitung dengan jari. Di desa itu terdapat sebuah padepokan yang disebut dengan padepokan Ploso Kerep. Mengapa dikatakan Ploso Kerep, karena di situ banyak ditumbuhi oleh batang Ploso yang konon merupakan jenis tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit (dalam bahasa setempat disebut Zuleten semacam cacar) yang biasa menyerang pada anak-anak, dan tumbuhan tersebut sangat lebat, maka oleh orang setempat dikatakan kerep (lebat) akhirnya menjadi Ploso Kerep. Padepokan Ploso Kerep dimiliki oleh seorang kakek yang diberi julukan Mbah Ploso.
Mbah Ploso meski sudah tua tapi sangat sakti, karena semenjak kecil mbah Ploso hobynya adalah topo broto. Jadi tak aneh kalau dia memiliki beberapa pengikut yang ingin nyecep ilmu. Mbah ploso hidup dengan Putra satu-satunya yang bernama Songgo. Karena Songgo adalah putra dari pertapa sakti, maka Songgo merupakan pemuda yang paling sakti di Desa itu.. Pengikut mbah Ploso jumlahnya tidak banyak, namun kalau di adu tanding... mereka terlihat sakti-sakti juga. Bahkan menurut sejarahnya Padepokan Ploso Kerep ini merupakan cikal bakal penduduk desa Purwosari.
Perkembangan desa Purwoari berawal dari penggembaraan seseorang yang bernama Tinggolo, dia bersama istri dan anaknya yang masih kecil sekitar berumur 5 tahun. Agar perjalanan lebih aman, maka Tringgolo mengajak 2 temanya. Mereka mengembara dimulai dari Solo menuju ke Timur.. Setelah perjalanan selama beberapa hari, tibalah rombongan tersebut pada suatu tempat yang masih sepi penduduknya namun sangat Asri. Mereka memutuskan berheti untuk istirahat. Tempat mereka beristirahat memang cukup teduh. Di situ mereka menempati di sebuah gubuk kecil yang kosong. Karena capeknya mereka pu tertidur pulas dan begitu bagun tahu – tahu hari sudah malam. Untuk mengetahui suasana di malam hari, mereka keluar dari gubuknya dan mereka kaget ternyata ada sorot remang-remang seperti lampu yang menyala di suatu tempat. Melihat lampu yang menyala, Tringgolo berama rombongan meyakini bahwa itu adalah rumah penduduk, kemudian Tringgolo dan rombongan memutuskan untuk mendekati remang-remang lampu ublik..... ternyata disitu ada sebuah gubuk besar beratap ranting daun .... Tringgolo mengetuk pintu... tok...tok....tok.... ”kulo nuwun......” Tringgolo mengucapkan salam yang mengisaratkan ingin bertamu. Wajah rombongan terpusat pada pintu yang di ketok dengan harapan untuk dibukakan..... tahu- tahu dari arah belakang rombongan ada suara ”monggoo”  suara yang memiliki aura berkekuatan tinggi di barengi dengan datangya angin yang mengakibatkan rombongan tersebut terhenyak .. dan  seluruh tubuh merekan menjadi gemetar. Begitu mereka menoleh kebelakang, ternyata ada seorang setengah tua berjanggut putih yang terlihat sangat berwibawa...
Tak lama kemudian rombongan disuruh masuk dan disuruh duduk di tikar yang terbuat dari daun pandan (kloso pandan). Mereka saling berkenalan...
Pemilik Rumah:     ”kisanak ini siapa dan dari mana kok malam-malam datang ke gubuk saya bersama rombongan”.... pemilik rumah itu bertanya.
Tringgolo          :     ”saya Tringgolo sebelumnya kami minta maaf telah mengganggu kamardikan penjenengan......kami rombongan dari solo yang sedang menggembara.... kalau boleh  kami ingin menginap di sini.”
Pemilik rumah :     ”La si kecil ini siapa kisanak..”
Tringgolo          :      ini adalah anak saya satu satunya namanya Andini ....”  oo iya mbah mohon maaf sebelumnya kami kalau memanggil mbah ini siapa?...
Pemilik Rumah:     ”Tidak apa apa... orang-orang di sini menyebut saya adalah mbah Ploso... dan ini adalah istri saya Anggoni dan ini adalah anak saya satu satunya bernama Songgo. Saya sekeluarga mengucapkan selamat datang ke gubuk saya...namun adanya ya seperti ini” ...
Mbah Ploso menjawab dengan merendah, karena tahu bahwa yang datang ini juga bukan orang sembarangan dilihat dari pakaianya tentu seorang priyai....
Tringgolo          : ”walah.... ini sudah lebih dari cukup mbah.... oh iya apa nama dusun ini mbah...”
Mbah Ploso      :  ”Dusun ini namanya Dusun Purwosari .....”
Dari pembicaraan yang disampaikan oleh Tringgolo, mbah Ploso mulai tahu kalau tamunya ini adalah orang baik-baik dan santun..... Pembicaraan terus berlangsung dan semakin akrab. Pada kesesokan harinya mereka berbagi tugas untuk untuk membersihkan...di sekitar rumah mbah Ploso karena ia merasa bahwa di sini telah di jamu dengan baik meskipun hanya sekedarnya. Sehingga rumah mbah Ploso yang semula masih banyak belukar di kanan kiri, sekarang sudah tampak rapih, dan hari hari berikutnya mereka pun membantu mencari nafkah... ada yang menggarap tegalanya, ... ada yang pergi kesawah
Waktu demi waktu... hari demi hari... terus berjalan dan rombongan Tringgolo merasa semakin lama semakin kerasan hidup di daerah ini. Pada suatu hari saat mereka sedang bekerja  Tringgolo beserta temanya berbisik, agak terheran... ”ini kok ada beberapa pemuda yang datang dengan pakian hitam-hitam ada apa ya.?..... segeralah meraka mencari tahu dan ternyata pemuda yang berpakaian hitam tadi langsung menuju ke belakang rumah mbah Ploso untuk mengadakan latihan kanuragan. Melihat hal seperti itu.......hati  Tringgolo ketua pimpinan rombongan itu tertegun.... ”woow...sudah ku duga mbah Plosi ini memang bukan orang sembarangan”.... gumamnya dalam hati, sehingga pada sore harinya Tringgolo dan teman temanya memberanikan diri untuk meminta kepada mbah Ploso untuk dijadikan murid..... melihat Tringgolo sudah dianggap keluarga di sini maka mbah Ploso pun menjawab..... ”tidak usah jadi murid.... kalau memang ingin ikut latihan ya... sumonggo saja..” ... mendengar jawaban tersebut, Tringgolo hatinya sangat senang.
Begitulah pertemuan antara mbha Ploso dengan Ki Tringgolo yang terjalin dengan baik, sehingga disetiap harinya mereka selalu membantu mbah Ploso, sedang Istri dan anak Ki Tringgolo membantu di dapur untuk meramu Obat. Sedang kalau malam mereka mengikuti olah kanuragan.
Lima belas tahun kemudian Tringgolo dan temanya hidup bersama penduduk dan sudah memiliki Rumah tinggal sendiri. Memang di dusun Purwosari masih banyak tanah yang belum bertuan, jadi siapapun yang menginginkan mendirikan rumah di situ masih bebas belum ada aturannya. Dusun Purwosari  semakin lama semakin berkembang, penduduknya juga semakin bertambah meskipun hanya satu dua orang. Atas bimbingan ki Tringgolo kepada penduduk setempat dalam pengolahan tanah, maka dusun tersebut mulai menghasilkan hasil panen yang melimpah. Karena di dusun tersebut belum ada pimpinanya, maka para penduduk memilih Ki Tringgolo untuk memimpin desa itu atau bisa dikatakan sebagai lurah. Hubungan antara Lurah Tringgolo dengan mbah Ploso juga semakin baik, hal ini ditandai dengan di jodohkanya Andini  Putri Tringgolo dengan Songgo Putra mbah Ploso.
Songgo dan Andini  adalah pasangan suami istri yang serasi, Karena Songgo di samping memiliki ilmu olah kanuragan, ia juga memiliki Ilmu pengobatan yang handal hasil belajar dari bapak dan ibunya,  sedangkan Andini selama tinggal bersama mbah Ploso mulai dari kecil ia telah belajar banyak tentang ilmu ramuan. Keduanya hidup bersama di padepokan Ploso Kerep bersama ayah ibunya. Pekerjaan mereka setiap hari melayani tamu- tamu bapaknya yang minta pengobatan, dengan meramu jamu yang disesuaikan dengan apa yang di derita oleh pasiennya.
Sepuluh tahun kemudian Songgo telah dikaruniai seorang putra yang diberi nama Gilang. Mereka hidup damai dan penuh kasih sayang. Pekerjaan tiap harinya adalah meneruskan pekerjaan bapaknya yaitu menekuni pengobatan, karena sudah tiga tahun yang silam mereka telah ditinggal bapak ibunya . Andini  yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, diapun menekuni pengobatan untuk pasien putri dan juga menolong orang yang akan melahirkan. Untuk sementara para pengikut mbah Ploso yang masih ada diserahkan kepada murid yang paling tua.
Waktu terus berjalan, Ki Songgo pun menjadi terkenal, banyak tamu-tamu dari luar daerah yang datang untuk mendapatkan pengobatan. Tidak terasa putranya yang bernama gilang sudah beranjak dewasa... Gilang adalah satu satunya putra dari Ki Songgo  yang hidupnya selalu di manja, apun permintaanya selalu dituruti. Dalam kehidupan sehari hari seperti biasa Ki Songgo memberikan wejangan-wejangan kepada murid-muridnya, memberikan pengobatan terhadap tamu-tamunya, dan  Nyi Andini istri dari Ki Songgo  juga memberikan pengobatan untuk tamu putri dan menolong bagi mereka yang melahirkan. Sementara putranya, Gilang, berubah mentalnya menjadi seorang putra yang manja, apapun yang dimintanya harus dikabulkan. Selain manja, ia juga seorang anak yang semakin lama semakin malas. Kerjanya hanya keluyuran kesana kemari tidak tahu tujuan yang jelas  Ia sama sekali tidak mau belajar pengobatan maupun membantu ibu bapaknya untuk melayani pasien. Pada suatu ketika ia di panggil ibunya........
Ibu                  : ”Nak! ........ Ayo bantu Simbok menyiapkan ramuan untuk tamu-tamu bapakmu”. .....ajak sang Ibu.
Gilang            : ”Tidak, mbok! Hari ini aku ada janji dengan teman untuk main”, .... jawab Gilang menolak.
Ibu                  :  ”Apakah kamu tidak kasihan melihat Ibu kualahan meramu obat ini, Nak”..? .............  tanya sang Ibu mengiba.
Gilang            :  ”saya sudah terlanjur janji dengan temanku mbok... nanti kalau nggak berangkat bisa di amuk.. saya nanti.”... .
Ibu                  : ”Temanmu itu siapa..?.......  laki-laki atau perempuan..”. ... Tanya... Ibunya
Gilang            :  “Simbok nggak usah ikut campur lah.”... jawab gilang dengan sinisnya.

Mendegar jawaban anaknya itu, sang Ibu tidak dapat berkata-kata lagi. Dengan perasaan sedih, ia berkata... kalau begitu hati hati ya ..nak !... dan ia pun melanjutkan untuk bekerja untuk meramu obat untuk para pasien bapaknya....
Gilang yang pergi dengan temanya bernama Nyoto yang perianganya agak kurus kerempeng, sedang gilang perawaknya gemuk..mereka ketemuan disuatu tempat yang ternyata dia diajak adu jago ....
Nyoto               ”Lang... sudah bawa uangnya .....”
Gilang            :  ”Sudah.... nih......”  (sambil merogoh kantong bajunya berisi uang) ......... ”mana jagonya....” ( Gilang  balik tanya)
Nyoto             :  ”Beres..... ini jagonya pasti nanti menang” .. ..... jawb totok sambil menuding jago yang di taruh dalam tas...
Gilang            :  ”ya sudah ... kalau begitu ayo berangkat.......!
Lalu mereka pergi ke suatu tempat untuk beradu jago, mereka berpindah pindah dari tempat satu ke tempat lainya. Begitulah pekerjaan si Gilang setiap harinya selalu dolan dengan Nyoto untuk adu jago.dengan taruhan uang. Gilang yang menyediakan uang, sedangkan Nyoto pemilik jagonya.
Sementara bapak dan ibunya di Rumah terus bekerja melayani tamu, meramu obat dan melatih kanuragan kepada murid – muridnya. Waktu itu sudah hampir pukul 17.00 WIB Gilang belum kelihatan pulang maka munculah rasa kuatir, kemudian Ki Songgo  bertanya kepada istrinya Nyi Antini..
Ki Songgo      : ”Mbokne....... Gilang jam sekian kok belum pulang kemana... ?
Nyi                  : ”Nggak tahu Pakne.... orang tadi saya suruh bantu bantu... katanya dolan sama temanya....
Ki Songgo      :  ”Temanya siapa..?..... (tanya ki Songgo  kepada Istrinya)
Nyi                  :  ”Itulah ... tadi yang membuat saya agak jengkel.. wong.. ditanya mau kemana... dengan siapa malah jawab ”simbok jangan ikut campur”.... begitu lo pak ne......
Ki Songgo      :  ”Walah ...... la kok seperti itu ya mbokne anake dewe.... mbokne yo sing sregep ngandani....
Nyi                  :  ”ya .. sudah pakne.... saya sudah tidak kurang-kurang untuk ngandani si gilang.
Tidak lama kemudian Si Gilangpun muncul dari luar....
Ki Songgo      :  ”Le... Gilang... duduk sini nak.”... Ki Songgo  memanggil gilang dengan nada rendah..
Gilang            :  ”Ya Pak..... ada apa.”. Gilang menjawab dengan rasa tidak bersalah.
Ki Songgo      :  ”Kamu Jam sekian kok baru pulang kemana saja....?
Gilang            :  ”Dolan Pak.......
Ki Songgo      :  ”Dolan kemana.........
Gilang            :  ”Teman saya......
Ki Songgo      :  ”Temanmu itu siapa...”.... namun Gilang diam saja.. nggak mau menjawab.... sehingga ki menanya ulang dengan nada yang agak tinggi sambil menahan emosinya.... ”lee.... Temanmu itu siapa..... rumahnya dimana.....??”
Gilang            :  ”Nyoto Pak.... ”.... Jawab gilang sambilmennduk..
Ki Songgo      :  ”ya sudah mandi sana.... terus nanti ikut latihan kanuragan dengan teman-teman ”....

Mungkin  Ki Songgo  takut nanti emosinya meluap...dan munculkata-kata yang tidak di inginkan kepada anaknya. Ki Songgo  termasuk orang yang suka Topo Broto seperti ayahnya, sehingga kata-kata yang diucapkan bisa malati (dikabulkan). Pada suatu hari ketika Nyi Andini sedang mencari daun-daun di dusun wage untuk bahan obat-obatan...secara tidak sengaja memergoki anaknya yang sedang adu jago. Begitu melihat perbuatan anaknya yang sedang adu jago... Nyi Andini dengan nada setengah emosi memanggil gilang...”oo alah lee...lee ternyata tiap hari kamu adu jago di sini to  le......” nyi Andini menyapa anaknya..... karena Gilang merasa bersalah takut nanti kalau di adukan pada ayahnya, maka gilang pun bersembunyi di bali pohon besar. ....” Le Gilang....” panggilan  nyi Andini yang melihat gilang mengumpat di balik Pohon. Namun Gilang sama sekali tidak mau menjawab.... dia cuma diam saja.... ”Gilang....... nak..... Gilang Kamu dimana.... di panggil ibunya kok diam saja seperti batu”......  karena gilang juga masih diam saja, maka Nyi Andini bergegas untuk mencari gilang..... menuju di balik pepohonan. Nyi Andini sambil memanggil manggil.... ”Gilang.......... Gilaang...... ” namun gilang tetap diam saja. Nyi Andini mencari kesana kemari namun tidak ketemu dan tidak ada tanda-tanda jejak gilang......... setelah sampai di bawah pohon tempat Gilang mengumpat.... ternyata gilang tidak ada.... adanya adalah sebuah batu besar yang mirip dengan tubuh manusia.......... hati Nyi Andini tersentak... kaget Luar biasa.... akhirnya Nyi Andini pun Pinsan. Beberapa jam kemudian Nyi Andini telah terbagun dari pingsanya..... hatinya gemetar dan mulai menyadari bahwa anaknya telah menjadi batu atas ucapanya. Akhir Nyi Andini menangis sambil mengelus elus batu tersebut......
Sementara Ki Songgo yang dirumah menunggu istrinya kok tidak pulang-pulang mulai curiga. Maka Ki Songgo memutuskan untuk mencari Istrinya diseluruh daerah Purwosari.... dari arah selatan menuju ke Utara terus ditelusuri. Hari sudah mulai malam, namun Ki songgo tidak patah semangat untuk mencari istrinya..... Akirnya Ki Songgo mendapat firasat kalau istrinya berada di dusun wage, maka Ki songgo berbergegas menuju ke dusun wage.... dan mendengar suara tangisan.. dan yakin dia adalah istrinya maka Ki Songgo memanggil istrinya dengan suara kencang...... . Tak lama kemudian Nyi Andini ditemukan oleh Ki Songgo yang menangis tersedu-sedu dengan mengelus-elus batu tadi.
Ki songgo      :  ” Bune.... bune.... mengapa kamu menangis dengan mengelus-elus batu....... ada apa?”....... Nyi Andini tidak menghiraukan sapaan suaminya.... dia terus menangis.... kemudian Ki Songgo memapah istrinya kemudian ditanya ” ada apa.. bune  ?”...
Ny Antini       :  ”pakne Gilang pakne”  sahut Nyi andini.... ”
Ki Songgo      :  ”Gilang kenapa ... mana Gilang ?”
Nyi Andini menagisnya semaki keras dan mengelus elus batu lagi.... dan menjawab.... ”pakne.... Gilang jadi batu”....... Melihat kondisi seperti itu... Ki songgo sangat marah kepada istrinya..... ”Pasti ini ulah kamu bune...... kamu sudah mengucap sesuatu yang seharusnya tidak kamu ucapkan kepada anak kita........ Apa perasaanmu jika kamu menjadi gilang...... hah”... meski Ki songgo termasuk orang penyabar penuh perhatian terhadap sesama, namun kena cobaan kehilangan anaknya hati Ki Songgo sangat geram dan benar benar marah kepada istrinya. Begitu Nyi Andini di marahi oleh suaminya.... seketika itu Nyi andini sudah tidak terdengar tangisanya..... dia diam,  dipanggil-panggil oleh suaminya juga tidak menjawab.... dengan sekejap mata ternyata Nyi Andini juga menjadi batu. Melihat seperti itu Ki Songgo hatinya hancur telah kehilangan anak dan istrinya menjadi batu. Kemudian Ki Songgo cancut tali wondo  untuk bertapa meminta kepada Tuhan agar kondisi istri dan anaknya dikembalikan seperti semula. Bertahun tahun dia bertapa sampai tempat bertapa ditumbuhi semak belukar yang seolah olah semak belukar itu telah melindungi Ki Songgo dari terpaan angin dan guyuran hujan tak ubahnya seperti langit menyelubungi bumi. sehingga tempat itu oleh penduduk setempat diberi nama Songgo langit, sedang dua batu tadi orang menyebutnya dengan nama Watu Gilang, dan Padepokan Mbah Ploso dan juga Ki songgo sekarang dinamakan PLOSO KEREP

Sabtu, 23 Juli 2016

TINGKATAN TUJUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA


ini tugasnya pak HARYONO

TINGKATAN
TUJUAN PENDIDIKAN







OLEH
PURYANTO
EKONOMI/ 15421014

Mata Kuliah
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu
Dr. HARYONO






TUJUAN PENDIDIKAN
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yang salah satunya adalah TUJUAN PENDIDKAN.
Sesuai dengan tingkatanya, tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Tujuan Pendidikan Nasional
a.       Tujuan pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b.      Tujuan ini tercantum pada undang-undang Republik Tndonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2.      Tujuan Lembaga/ Institusional
a.       Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. yaitu kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu.
b.      Tujuan Lembaga/ Institusional ini mendasar dari pengembangan Visi dan Misi Sekolah yang tercantum dalam RKS dan RKAS
c.       Contoh tujuan Lembaga pada Satuan Pendidikan SMP Negeri 2 Kwadungan tahun pelajaran 2015/206 adalah sebagai berikut :
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memiliki prestasi yang ditunjukkan dengan tingkat kelulusan dan rata-rata nilai US/UN 6,0
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memiliki prestasi yang ditunjukkan dengan rata-rata KKM 7,5
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar tingkat Kabupaten lomba OSN
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar Lomba kreatifitas cerita berbahasa inggris (Story  Stelling) tingkat Kabupaten
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar Voly Ball  tingkat Kabupaten
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar atletik tingkat Kabupaten
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar BuluTangkis Tingkat Kabupaten
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar Catur tingkat Kabupaten
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar Regu Koor tingkat Kabupaten
  •  Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar Lomba tari tingkat Kabupaten
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah 85% siswa dapat membaca Alqur’an
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar lomba melukis   tingkat Kabupaten
  • Pada Akhir Tahun Pelajaran 15/16; Sekolah memperoaleh peringkat 10 besar Disain Motif Batik tingkat Kabupaten
  • Tersedianya dokumen buku 1 KTSP 2006 revisi
  • Pada tahun pelajaran 15/16; sekolah memiliki silabus KTSP 2006 revisi
  • Pada tahun pelajaran 15/16; sekolah memiliki RPP KTSP 2006 revisi
  • Pada akhir tahun 15/16; semua guru memiliki silabus revisi sesuai dengan kelas yang diampunya.
  • Pada akhir tahun 15/16; semua guru memiliki RPP revisi sesuai dengan kelas yang diampunya.
  • Pada akhir tahun 15/16; semua guru memiliki minimal 3 buku refrensi terupdate.
  • Pada akhir tahun 15/16; jumlah siswa per rombel 24 orang
  • Pada akhir tahun 15/16; Semua guru mempunyai beban kerja 24 jam tatap muka
  • Pada akhir tahun 15/16; Semua guru memiliki LKS sesuai dengan mapel yang diampu.
  • Pada akhir tahun 15/16;  Ratio buku siswa 3;1
  • Pada akhir tahun 15/16; 75% guru telah melaksanakan pembelajaran CTL
  • Pada akhir tahun 15/16; 50% guru telah melaksanakan pembelajaran menggunakan media IT
  • Pada akhir tahun 15/16; semua guru telah mengkomunikasikan hasil pekerjaan siswa di mading kelas
  • Pada akhir tahun 15/16; semua guru telah melaksanakan Penilaian proses pembelajaran dengan beberapa model (Ulangan harian, pengamatan, Praktik)
  • Pada akhir tahun 15/16; Kegiatan supervisi akademik dilakukan 1 kali dalam 1 tahun
  • Pada akhir tahun 15/16; Kepala sekolah telah mengikuti pelatihan MBS minimal 2 kali
  • Pada akhir tahun 15/16;  85% guru mampu mengoperasikan komputer.
  • Pada akhir tahun 15/16; 10% guru mampu melaksanakan penilaian berbasis IT
  • Pada akhir tahun 15/16; 75% guru telah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
  •  Pada akhir tahun 15/16; 30% Tenaga Kependidikan  telah mengikuti pelatihan sesuai dengan bidangnya minimal 1 kali
  •  Pada akhir tahun 15/16; 4 KM/WC Guru berfungsi
  • Pada akhir tahun 15/16; memiliki Fasilitas pembelajaran dan Penilaian yang memadai.
  • Pada akhir tahun 15/16 telah memiliki fasilitas ibadah dengan kondisi 20%
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah memiliki dokumen RKJM dan RKAS terevisi
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah memiliki dokumen Pembagian tugas/ kewenangan/ tupoksi
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah memiliki dokumen Tata tertib sekolah
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah memiliki dokumen Akreditasi
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah memiliki dokumen keberadaan Komite sekolah
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah memiliki Sistem informasi Managemen berbasis IT
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah memiliki minimal 3 sumber dana
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah mampu mengalokasikan dana untuk 9 SNP dan laporanya
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah telah mampu mengembangkan model penilaian yang disesuaikan dengan kurikulum terbaru
  • Pada akhir tahun 15/16; Sekolah telah memiliki lingkungan sekolah yang kondusif untuk mendukung proses belajar mengajar yang baik
3.      Tujuan Mata Pelajaran/ Kurikuler
a.       Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap mata pelajaran yaitu kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
b.      Tujuan kurikuler/ Mata pelajaran ini tercantum pada Buku Kurikulum (KTSP) dalam bentuk Standar kompetensi (SK) masing-masing mata pelajaran
c.       Contoh Standar kompetensi Pada mata pelajaran IPS Kelas 7 “Memahami kegiatan ekonomi masyarakat

4.      Tujuan Instruksional Umum (TIU)
a.       Tujuan Instruksional Umum (TIU) dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari pokok bahasan tertentu dalam Mata pelajaran tertentu namun sifatnya masih umum
b.  Tujuan Instruksional Umum ini tercantum pada Buku Kurikulum (KTSP) dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD)
c.       Contoh Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPS Kelas 7  pada SK Memahami kegiatan ekonomi masyarakat adalah
1)      Mendiskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
2)      Mendiskripsikan  kegiatan pokok ekonomi, yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.
3)      Mendeskripsikan peran badan usaha, termasuk koperasi, sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi.
5.      Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a.       Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari pokok bahasan tertentu dalam Mata pelajaran tertentu dalam satu kali pertemuan
b.      Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ini tercantum pada Silabus dan RPP dalam bentuk Indikator Keberhasilan
c.       Contoh Indikator Keberhasilan pada sebuah pembelajaran mata pelajaran IPS Kelas 7  pada SK :Memahami kegiatan ekonomi masyarakat, KD :Mendiskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi antara lain :
  • Mengidentifikasi Pola Kegiatan ekonomi penduduk berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
  • Membedakan Pola Kegiatan ekonomi penduduk berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
  • Menentukan Pola Kegiatan ekonomi berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
  • Menyimpulkan perbedaan Pola Kegiatan ekonomi penduduk berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
  • Menanggulangi bencana yang timbul dari Pola Kegiatan ekonomi penduduk berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
  • MemutuskanPola Kegiatan ekonomi penduduk berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi
 SEMOGA BERMANFAAT

Selasa, 05 Juli 2016

TEORI BEHAVIORISME



MAKALAH
TEORI BEHAVIORISME


                                                               Disusun Oleh:
                                           1. FITRI NUR CHOLISSA WATI
                                           2. RAHMA
                                           3. LUFITA
                                           4. PURYANTO



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
SEMESTER II
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



STKIP PGRI NGAWI
Jl.Raya Klitik Km.05 Ngawi
Telp : (0351)749295
Tahun Akademik 2015/2016




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk melakukan aktifitas belajar . Menurut piaget belajar adalah aktifitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya . Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon . Seseorang yang telah selesai melakukan proses belajar akan menunjukan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa  respon.
Jika dilihat dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari – hari dikelas. Teori behavioristik mengartikan bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa , dari tidak mengerti menjadi mengerti , dan tugas guru adalah mengontrol stimulasi dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan  yang diinginkan, dan guru memberikan hadiah kepada siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada siswa yang tidak mampu memperlihatan perubahan makna.

Oleh karenanya , dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran kelompok kami menyusun makalah teori belajar menurut teori behaviorisme yang juga dilatar belakangi oleh rasa ingin tahu kami yang ingin mengetahui lebih lanjut lagi tentang teori behaviorisme dan diharapkan tidak lagi muncul asumsi yang keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut , sehingga pembaca memang benar-benar mengerti apa dan bagaimana pendekatan behaviorisme.


1.1 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang dapat dirumuskan dari pemaparan diatas yaitu :   
1.      Apakah yang dimaksud dengan teori behaviorisme ?
2.      Apa saja teori yang termasuk  dalam pandangan behaviorisme ?
3.      Apa kelebihan dan kekurangan dari teori behaviorisme ?

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalah yang telah dibuat adalah :
1.      Mengetahui pengertian teori behaviorisme
2.      Mengetahui teori-teori yang termasuk ke dalam pandangan behaviorisme
3.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori behaviorisme



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian – kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya stimulasi dan respons yang dapat diamati. Seseorang dianggap telah belajar apabila mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Menurut teori behaviorisme ini lingkungan sangat penting agar dapat diperoleh perubahan tingkah laku yang diharapkan.Dengan kata lain teori ini lebih menekankan pada hasil proses belajar mengajar. Behaviorisme menekankan pada tingkah laku yang objektif, empiris(nyata),konkret dan dapat diamati.
Dalam menerapkan teori behaviorisme ini yang terpenting adalah para guru , perancang pembelajaran, dan pengembang progam-progam pembelajaran harus memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Selain itu,dalam aplikasinya tergantung pada sifat materi pelajaran, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Tuntunan dari teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur.
Dalam pendekatan ini, pembelajaran yang dilakukan juga mengandaikan penguatan ketrampilan.Setiap materi yang dibahas selalu disusul dengan latihan dalam rangka menciptakan ketrampilan tertentu terhadap peserta didik.Dalam konteks ini, peserta didik agar bias mencapai sesuatu yang sudah disiapkan dalam tujuan belajar kemudian harus diberi rangsangan,dorongan,dan motivasi supaya bias mencapai sesuatu hal yang ingin dicapainya.Dengan demikian behaviorisme lebih menekan kepada ketrampilan sebagai suatu tujuan pengajaran.



Prinsip-prinsip teori behaviorisme sebagai berikut :

1.      Reinforcement and punishment (Penghargaan atau hukuman)
Penghargaan yang diberikan kepada peserta didik dengan tujuan memotivasi jika apa yang dilakukannya adalah hal yang positif.Dengan kata lain sebuah stimulus adalah sebuah penghargaan untuk memperkuat perilaku apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.Apabila stimulus tidak menimbulkan respon belum bias disebut penghargaan.Sementara punishment merupakan respons untuk memperlemah keadaan dan ini disebut hukuman.Stimulus sendiri adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
2.      Primary and secondary reinforcement
Sementara yang disebut reinforcement pertama dan kedua adalah proses pembelajaran diberikan penguatan diawal supaya apakah ada perkembangan dan kemajuan dalam proses belajar ataukah tidak.Penguatan pertama berhubungan erat dengan kemampuan mengupayakan agar proses belajar menjadi efektif dan efesien. Dan penguatan yang kedua untuk memberikan pengaruh yang lebih berbeda dalam proses belajar.
3.      Schedules of reinforcement
Jadwal dalam memberikan pengetahuan tentu harus dikontekstualitaskan(di komposisikan) dengan proses belajar dalam kelas kapan seharusnya diperlukan adanya penguatan.
4.      Contingency management
Pengelolaan yang serba kemungkinan bermakna bahwa dalam belajar tentunya diperlukan berbagai cara bagaimana proses belajar terus diinisiasi agar tujuanannya dapat tercapai sesuai rencana.
5.      Stimulus control in operant learning
Pengendalian dan pengawasan stimulus dalam pelaksanaan belajar berkendalian erat dengan bagaimana hal tersebut berpengaruh sangat pasif dalam proses belajar.

6.      The elimination of responses
Menghapus respon dalam konteks ini dimaknai sebagai sebuah bagian dari upaya proses belajar yang lebih didasarkan atas keinginan sendiri walaupun sesungguhnya dibalik itu ada sebuah rekayasa pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar lewat kurikulum yang dibuatnya.


 
27 Paul Suparno. Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. (Yogyakarta: Kanisius,Tanpa Tahun).Hlm. 56-58.
               

Atas dasar itu, Edward Chace Tolman (1886-1959) mencoba mengembangkan dan melanjutkan pembahasan mengenai behaviorisme menjadi behaviorisme purposive.Sebelum membahas hal tersebut lebih mendalam,maka da baiknya sebagai pengantar untuk mengenalkan karakteristik behaviorisme purposive yang disebut perilaku molar.Dalam perilaku moral yang disampaikan Tolman,dia memberikan contoh sebagai berikut:
Seekor tikus berlari dijalur teka teki;seekor kucing keluar dari kotak teka teki;seseorang lelaki berkendara pulang kerumah untuk makan malam;seorang anak bersembunyi dari orang asing;seorang anak wanita mencuri piring atau menggosip di telepon;seorang murid mengerjakan ujian;seorang psikolog membacakan draf kata tak bermakna;saya dan teman saya saling berbagi pikiran dan perasaan ini semua adalah perlaku.Dan,harus dicatat bahwa dalam menyebutkan itu semua kita tidak menunjukan dimana letak otot dan kelenjar,saraf indrawi,dasar saraf motor yang dibutuhkan untuk melakukan itu.Respons-respons perilaku itu memiliki proprti identitas sendiri yang sudah memadai.²3
Tolman mengemukakan sesungguhnya bahwa setiap apa yang dilakukan oleh binatang atau pun manusia berada dalam satu tujuan. Mereka tidak bias keluar dari jalur yang sudah ditempuhnya.Mereka selanjutnya harus terus menerus mengikuti jalur yang sudah ditempuh dan menjadi pilihannya tanpa kemudian bias melepaskan diri dari jalan tersebut.Dalam pendekatan behaviorisme purposive,sebuah tujuan dalam belajar pun juga memiliki tujuan walaupun terkadang itu tidak mesti harus dijelaskan secara verbal atau tertulis.Belajar menjadi sebuah harapan untuk bias membangun sebuah harapan yang lebih baik dan benar menurut apa yang sudah menjadi pilihannya sehingga ini tidak bias dibantah sama sekali.

Dari penjelasan Tolman tersebut,maka ada beberapa poin penting yang dapat dirumuskan:
1.      Belajar sesungguhnya merupakan proses menemukan hal-hal tertentu dalam lingkungan;
2.      Belajar dengan berlandaskan kepada eksplorasi akan menciptakan temuan-temuan baru yang tentu akan lebih berbeda dengan temuan-temuan sebelumnya;
3.      Belajar adalah sebuah organism dimana jika ia berbelok ke kiri, maka ia akan menemukan sesuatu dan jika ia berbelok ke kanan, maka dia akan menemukan sesuatu;
4.      Perkembangan selanjutnya dari organism adalah terciptanya peta kognitif dimana ia berfungsi sebagai alat untuk melakukan pemetaan belajar agar menjadi berwarna atau beragam. Dalam pendekatan belajar ini,belajar kemudian lebih progresif.

Adapun rumusan yang terkait dengan organisme adalah:
1.      Organisme sesungguhnya menjadi bagian dari sebuah proses belajar yang mencoba menemukan berbagai cara dalam memecahkan persoalan dan itu dipandang sebagai sesuatu yang given atau bawaan;
2.      Hipotesis dari kerja organism bermuara pada sebuah pencapaian tujuan;
3.      Organisme selanjutnya melahirkan peta kognitif yang menjadi langkah dalam memetakan pola pembelajaran yang sudah given.
Dengan demikian,pendidikan behaviorisme adalah melakukan pembentukan kebiasaan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan sebuah pembelajaran.


Secara aksiologis ada beberapa poin mendasar dari praksis pendidikan behaviorisme yang  dipecah per unit.
1.      Belajar adalah untuk tidak menjadi dirinya sendiri namun menjadi apa yang diinginkan oleh pengajar;
2.      Keinginan belajar bukan lahir dari kesadaran diri;
3.      Kegiatan belajar yang muncul dalam kelas merupakan sebuah hasil rekayasa pengajar;
4.      Kegiatan belajar dirancang dan dijalankan atas sebuah scenario besar untuk mencapai tujuan dari luar kelas,bukan di dalam kelas.
Belajar dalam konteks ini lebih berpihak kepada kepentingan di luar pembelajaran sendiri sebagai subyek yang seharusnya harus belajar menjadi diri sendiri.Belajar dalam logika yang sangat sempit tersebut melahirkan tujuan belajar mengajar yang tidak memberikan harapan bagi pembelajar untuk menjadi dirinya sendiri yang sejati dan berdaulat.Belajar bukan untuk membangun sebuah pembangunan diri subyek yang produktif atas dirinya sendiri.Belajar dengan pendekatan behaviorisme hanya berhasil meletakkan dasar-dasar kejatidirian subyek pembelajar yang kuat secara kognitif.Mereka berada dalam dunianya yang serba tidak visioner(tidak bertujuan).
Belajar dengan menggunakan arus behaviorisme adalah sebuah proses bellajar yang hanyalah melatih pembelajar seolah sudah terbiasa dan memebiasakan diri menjadi orang-orang yamg terbentuk karena pembiasaan yang dikemas secara berulang-ulang. Belajar mengartikan diri sebagai gerakan membangun kemampuan kognitif subyek pembelajar yang kuat secara logika dan menegasikan hal-hal lain dalam dirinya sebagai subyek yang hidup dan melakukan aktualisasi dari sebagai manusia berdinamika.Belajar bukan menempatkan subyek pembelajar sebagai kelompok manusia yang secara terus menerus berproses menuju penemuan identitas diri.
Dalam pembelajaran berpogram,materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit-unit kecil yang mudah dipelajari peserta didik , bila setiap unit selesai peserta didik akan mendapatkan umpan balik secara langsung. Sedangkan dalam mastery learing, materi dipecah per unit peserta didik tidak dapat pindah ke unit berikutnya bila belum menguasai unit yang sebelumnya.Prinsip-prinsip  behaviorisme ini hingga sekarang masih banyak dipakai dalam mengembangkan progam pembelajaran berbantuan Computer atau computer Assistted Intruction (CAI), progam multimedia interaktif dan sebagainya.
            Adapun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori behaviorisme :
1.      Menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan
2.      Menganalisis lingkungan kelas yang saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) peserta didik;
3.      Menentukan materi pembelajaran;
4.      Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil,meliputi pokok bahasan,subpokok bahasan dan topic lainnya;
5.      Menyajikan materi pelajaran
6.      Memberikan stimulus,dapat berupa:pertanyaan baik lisan maupun tertulis,tes/kuis,latihan atau tugas-tugas.
7.      Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik
8.      Memberikan penguatan (reinforcement) yang berupa penguatan positif ataupun penguatan negative atau hukuman.
9.      Memberikan stimulasi baru
10. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik
11. Memberikan penguatan  lanjutan atau hukuman
(Suciati & Irawan, 2001: 31-32).


Faktor lain yang juga penting dalam teori belajar pengkondisian klasik Pavlov adalah generalisasi,deskriminasi,dan pelemahan
ü  Generalisasi.
Contoh, seorang peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek pada mata pelajaran matematika. Ketika mempersiapkan ujian Fisika, peserta didik tersebut akan merasakan gugup karena kedua pelajaran sama-sama berupa hitungan. Jadi kegugupan peserta didik tersebut hasil generalisasi dari melakukan ujian mata pelajaran satu kepada mata pelajaran lain yang mirip.

ü  Deskriminasi.

Organisme merespon stimulus tertentu, tetapi tidak terhadap yang lainnya. Contoh, dalam mengalami ujian dikelas yang berbeda, pesrta didik tidak merasa sama gelisahnya ketika menghadapi ujian bahasa Indonesia dan sejarah karena keduanya merupakan subjek yang berbeda.

ü  Pelemahan (extincition).
proses melemahnya stimulus yang terkondisi dengan cara menghilangkan stimulus tak terkondisi. Contoh, kritikan guru yang terus menerus pada hasil ujian yang jelek, membuat peserta didik tidak termotivasi belajar. Padahal, sebelumnya peserta didik pernah mendapat nilai ujian yang bagus dan sangat termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan, teori kondisioning klasik digunakan untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap peserta didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta didik.

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
a) Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

b)   Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Sehingga prinsip dari hokum ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.

c)   Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. 

program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
a)   Penguatan (Reinforcement)
Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negative.

b)   Penguatan positif (positive reninforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh stimulus menyenangkan. Contoh, peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat rangking satu akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi rangking satu dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian sepeda.

c)   Penguatan negatif (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan.. Contoh, peserta didik sering bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan sering bertanya. Jadi, perilaku yang ingin diulangi atau ditingkatkan adalah sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang tidak berbobot/melenceng.

d)  Hukuman
Hukuman (punishmen) yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku.. Contoh, peserta didik yang berperilaku mencontek akan diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak menyenangkan/hukuman).

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
1.   Kelebihan Teori Behavioristik
      Kelebihan teori behaviorisme adalah sebagai berikut:
a)   Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

b)   Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar

              2.   Kelemahan Teori Behavioristik
      Kelemahan teori behaviorisme adalah sebagai berikut:
a)     Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
b)     Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang   didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata-kata kasar, ejekan,  jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
c)     Behaviorisme tidak dapat diterapkan pada setiap pembelajaran,dan dianggap tidak menghargai aktivitas berpikir.
d)     Tidak dapat menjelaskan beberapa pembelajaran yang kompleks,bila tanpa mekanisme penguatan peserta didik tidak dapat mengenali pola bahasa yang baru
e)     Tujuan pembelajaran dinyatakan terlalu spesifik (ketat)
f)      Keyakinan yang terlalu tinggi pada peserta didik akan berperilaku dengan benar,selama prosedur yang diberikan sudah benar. 


 BAB III 
PENUTUP

      3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan  bahwa teori belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, serta memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman dan latihan yang akan membentuk prilaku mereka.
Teori belajar dalam pandangan behaviorisme ada tiga yaitu : teori pengkondisian klasikal dari Pavlov, teori connetionisme Thorndike, teori operant conditioning dari B.F.Sk
Oleh sebab itu, belajar dalam pendekatan behaviorisme lebih diposisikan pada gerakan pembangunan kecerdasan otak.Pendidikan sebahgai alat pengembangan kecerdasan anak didik hanya selesai dan diselesaikan dalam kerangka tujuan yang sudah di mapankan.Adalah berbeda ketika pendidikan ditunjukan untuk membangun kecerdasan anak didik di luar batas atau dalam batas yang di bataskan. Pencerdasan diluar batas bermakna bahwa tujuan pendidikan sejatinya adalah membangun kemerdekaan anak didik dalam berpikir,mengembangkan ketajaman berpikir,dan meluaskan pandangan anak didik agar mereka semakin merdeka dalam berpikir.Sementara pencerdasan dalam batas berarti bahwa pendidikan yang mencerdaskan hanya berhenti ketika anak didik sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditentukan dalam kurikulum dan silabus yang sudah ada dan tidak boleh melebihi batas yang ditunjukan.




DAFTAR PUSTAKA
Bell, Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Davies, Ivon K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Yamin,Moh.2013.Teori dan metode  pembelajaran.Malang:Madani.

Bambang,Warsita.2008.Teknologi pembelajaran .PT Asdi Mahasatya.

.