TAHUN 2020
PERSAWAHAN DUSUN WAGE MENJADI JARINGAN KABEL
K
|
emajuan teknologi yang pesat, membawa dampak
yang baik bagi petani desa Puuwosari kecamatan Kwadungan tepatnya di dusun Wage.
Hampir 40% pemilik sawah di dusun ini mengairi sawahnya menggunakan pompa
air bertenaga listrik. Terlihat ada 29 titik speedometer yang telah terpasang dengan sambungan-sambungan kabel yang tidak
beraturan sehingga terlihat seperti jaringan kabel. Nampaknya kesempatan yang
diberikan oleh pemerintah dalam hal ini adalah PLN yang memberi kemudahan untuk
mendapatkan jatah listrik tidak disia-siakan oleh petani dusun wage.
Desa Purwosari kecamatan Kwadungan
tepatnya di dusun Wage secara geografis terletak di Ngawi bagian Timur sebagian
besar warganya adalah petani. Hal ini disebabkan memang struktur tanahnya
tergolong tanah yang subur dan sangat cocok ditanami padi. Luas tanah yang
digunakan untuk lahan pertanian kurang lebih 74 Ha. Menurut sumber sebelum
tahun 1978 para petani dalam mengairi sawahnya hanya mengandalkan air hujan dan
dalam satu tahun hanya dapat panen 2 (dua) kali yaitu pada saat musim penghujan
ditanami padi, sedang pada saat kemarau ditanami kedelai, jagung dan tanaman lain yang sifatnya
tidak banyak membutuhkan air. Setelah
masarakat mengenal teknologi pompa air maka dalam 1 tahun bisa panen 3 kali.
Pak Pamujiono adalah salah satu dari petani yang mengairi sawahnya
menggunakan pompa Diesel telah beralih ke pompa air bertenaga Listrik berhasil
kami wawancarai, beliau mengungkapkan dengan bahasa jawa “yo luweh untung nganggo sanyo tinimbang disel (sanyo adalah
penyebutan pompa air listrik), nek
nganggo sanyo ragate banyu per hectare mung Rp432.000,- nggo tuku pulsa, la nek
nganggo disel aku entek solar 120 liter x Rp 7.000,- = Rp850.000,-..... adoh mas!
“ begitu katanya.
Kemudian kami juga mewancarai salah satu petani yang masih menggunakan
disel pak Somo Dikin namanya, ternyata dia juga ingin beralih ke sanyo, begitu pula bagi yang
belum memiliki poampa air juga berencana untuk membeli sanyo. Melihat dari
glagatnya, semua petani di dusun ini akan menggunakan pompa air yang
menggunakan listrik.
Dilain sisi kalau dilihat dari perkabelanya yang hanya di kaitkan pada bambu
yang tingginya kurang standar, dan pengaturan jalurnya malang melintang, maka penggunaan
listrik di persawahan justru akan membahayakan keselamatan bagi petani itu
sendiri. Bisa dibayangkan sekarang tahun 2015 di persawahan dusun ini sudah
terlihat jaringan kabel listrik yang lalulalang. Kalau kondisi seperti ini
dibiarkan terus menerus, maka tak dapat di elakkan lagi tahun 2020 pastilah di
atas tanah persawahandusun ini akan menjadi
padat jaringan kabel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1. Berikan komentar di sini
2. Tetapi Komentar tentang Postingan kami, Bukan Iklan.
3. Jika terdapat iklan terpaksa kami hapus